I’TIKAF
I’tikaf ialah berdiam didalam masjid dengan cara yang
tertentu dan semata-mata dengan niat untuk mendekatkan diri dan beribadah
kepada Allah SWT.
Dari Ibnu Umar, Adalah Rosulullah SAW ber I’tikaf di masjid
pada hari-hari 10 akhir ramadhan (sejak tanggal 20 ke atas). (HR.
Bukhari-Muslim)
Dari Aisyah, bahwasanya Nabi SAW ber I’tikaf pada 10 akhir
ramadhan, hal itu beliau tetapkan sampai habis masa hidupnya (wafat), dan para
istri beliau SAW mewarisi I’tikaf itu sepeninggal beliau SAW. (HR. Bukhari-Muslim).
Rukun I’tikap :
1.
Niat
NAWAITU I’TIKAAFA LILLAHI TA’AALAA
“Saya berniat I’tikaf karena Allah SWT”
Rosulullah SAW bersabda “Innamaal
a’maalu binniyati wainnamaa likullim riin maa nawaa” “Setiap amal tergantung
niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan” (HR.
Bukhari).
2.
Duduk/berdiam
dalam masjid
Rosulullah SAW bersabda “Barangsiapa
ber I’tikaf dalam sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan, maka ia
seakan-akan melakukan dua kali haji dan dua kali umroh” (HR. Baihaqi).
3.
Orang
islam, berakal dan suci dari hadats
Yang membatalkan I’tikaf :
1.
Bersetubuh
“janganlah kamu campuri mereka (istri
kamu) itu, sedangkan kamu ber I’tikaf dalam masjid (Al-Baqarah : 187)
2.
Keluar
dari masjid dengan tidak ada uzur (halangan)
Hukum I’tikaf :
1.
Sunah
Muakkadah apabila dilakukan secara sukarela dengan tujuan untuk mendekatkan
diri dan mengharapkan ridho Allah SWT.
2.
Wajib,
apabila dilakukan atas dasar perkataan
atau Nazar untuk ber I’tikaf.
Tempat dan waktu I’tikap :
Tempat I’tikaf adalah di dalam masjid, dengan waktu kapan
saja, hanya saja Rosulullah SAW dalam hadits diatas ber I’tikaf pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhan. Sementara jika niat I’tikaf didasarkan atas dasar
perkataan atau nazar maka dilaksanakannya I’tikaf sesuai dengan nazarnya.
Tujuan I’tikaf tidak lain hanya semata-mata untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan melakukan ibadah sholat, doa, zikir dan membaca
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan ada juga yang berharap dengan ber I’tikaf bisa
mendapatkan malam lailatur Qadar (malam kemuliaan). Sabda Nabi Muhammad SAW
“KAANA ROSULULLOHI SOLLALLAHU ALAIHI WASALLAMA YA TAKIFU FIILASRIL AWAAKHIRI
WAYAKUULUL TAMISUUHAA FIIL ASRIL WAAHIRI YA’NII LAYLATAL KODRI” Artinya : Nabi
ber I’tikaf pada sepuluh hari terakhir dan bersabda, carilah dia pada sepuluh
hari terakhir, yaitu lailatul qadar. (HR. Bukhari Muslim).
LAILATUL QODAR
(MALAM KEMULIAAN)
Lailatul qadar merupakan malam kemuliaan dimana barang siapa yang banyak beribadah kepada Allah SWT pada malam itu, diberi pahala oleh Allah SWT yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Tentang malam lailatul qadar di jelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al – Qadr, "sesungguhnya kami telah menurunkan Al Qur'an pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin tuhanNya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. (Al Qadr : 1 – 5).
Keutamaan lailatul qadar :
Malam yang lebih baik dari seribu bulan
Malam diturunkannya Al Qur'an
Turunnya para malaikat untuk mengatur segala urusan
Malam yang penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Lailatul qadar dapat terjadi pada malam-malam ganjil bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan."(HR. Bukhori).
Tanda-tanda datangnya lailatul qadar, Nabi Muhammad SAW "Malam lailatul qadar itu malam yang cerah, tidak dingin dan tidak panas. Tidak berawan dan tidak hujan. Tiada angin dan tidak panas. Tidak berawan dan tidak hujan. Tiada angin dan tidak panas. Tidak berawan dan tidak hujan. Tiada angin dan tiada dilempar bintang-bintang. Lalu tanda pagi harinya matahari terbit tak bersinar (hanya tampak putih, tetapi tidak panas. (HR. Thobrani).
Dari Aisyah. Ia berkata, "Saya bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana jika saya dapat mengetahui malam qadar itu, apakah yang sebaiknya saya ucapkan pada malam itu" jawab beliau, Ucapkanlah olehmu; Ya Allah, sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan, maka ampunilah kirany kesalahanku." (Riwayat lima ahli hadits).
ALLAAHUMMA INNAKA AFUWWUN TUHIBBUL AFWA FA'FU ANNII "Ya Allah Engkaulah yang pengampun, dan suka mengampuni dosa, untuk itu ampunilah dosa-dosaku." (HR. Turmudzi)