Surga
adalah tempat yang disediakan Allah SWT bagi hamba-hambanya yang beriman dan
beramal saleh, salah satu nama surga yang Allah SWT ciptakan adalah Surga Firdaus. Allah SWT akan memberikan
balasan terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan memasukkannya
ke dalam surga Firdaus, dalam surat Al-Kahfi Ayat 107 yang berbunyi :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا ١٠٧
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”
(Al-Kahfi : 107, dalam ayat 30 Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala hambanya yang
telah mengerjakan kebaikan :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ مَنۡ أَحۡسَنَ عَمَلًا ٣٠
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik.” (Al-Kahfi :30)
Surga merupakan tempat diahkirat yang
penuh dengan keselamatan, kebahagiaan serta kemuliaan yang abadi. Dalam Al-Qur’an
disebutkan beberapa nama surga serta penghuninya, diantaranya adalah Surga Firdaus yang juga dijelaskan dalam
surat Al-Mukminun ayat 11 Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ
هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ١١
“ (yakni) yang
akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
(Al-Mukmin :11)
Lalu
siapakah yang mewarisi surga Firdaus tersebut, Al-Mukminun ayat 2-9 menjelaskan :
1.
Orang-orang yang
khusyu dalam sholatnya
Memang tidak
mudah melakukan sholat secara khusyu, karena iblis/setan pasti akan terus
menggoda hingga manusia tersesat dan sampai masuk ke neraka,
oleh karena itu harus terus
berupaya untuk melawan godaan iblis/setan dan bala tentaranya dengan terus meningkatkan ketaqwaan
dan keimanan. khusyu dalam sholat memang sangat susah dilaksanakan
karena banyaknya godaan, namun teruslah berupaya agar sholat yang
dikerjakan
dapat mencapai
tingkat khusyu. Sholat
dengan khusyu dapat dilakukan dengan cara menghadapkan hati, lisan dan
seluruh anggota tubuh dengan selalu mengingat Allah SWT, selalu mengingat maut/kematian dan
merasakan kehadiran Allah SWT dekat, paling tidak ketika mendirikan sholat lupakan urusan dunia dan ingat akan akhirat. Berat memang untuk sholat dalam
keadaan khusyu karena begitu dahsyatnya godaan iblis/setan yang secara terus
menerus menggoda dari segala penjuru tanpa kenal lelah dan putus asa hingga terjerumus kejalan
yang sesat yaitu keneraka.
Hal ini sebagaimana janji iblis/setan kepada Allah SWT bahwa Iblis/setan akan
menghalangi hambaNya dari jalan yang lurus ke jalan yang sesat, sebagaimana
tersurat dalam surat Al-A’raf ayat 16 – 17 ;
قَالَ
فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ
لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ
وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧
Iblis menjawab: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Al-A’raf : 16)
“kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).”
(Al-A’raf : 17)
Kemarahan
Allah SWT terhadap iblis/setan yang menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam diceritakan
bahwa penolakan sujudnya iblis/setan kepada Nabi Adam adalah karena Iblis
merasa lebih baik asal/unsur penciptaannya dibandingkan dengan Nabi Adam.
Karena tidak mau sujud maka Allah SWT memerintahkan kepada Iblis/setan untuk
keluar dari surga, namun iblis/setan meminta penangguhan hingga manusia
dibangkitkan, dalam dialognya Allah SWT memberi tangguhan kepadanya. Penolakan iblis/setan kepada Allah SWT ketika diperintah
sujud kepada Nabi Adam as dan meminta penangguhan keluar dari surga adalah
semata-mata untuk menggoda manusia dari jalan yang lurus kejalan yang sesat
sebagaimana ayat tersebut diatas.
Untuk itulah
jagalah setiap diri dari segala macam bentuk godaan iblis/setan dengan selalu
berdoa memohon perlindungan serta meningatkan ketaqwaan dan keimanan kepada
Allah SWT. Dengan membaca surat Al-A’raf
ayat 16-17 diatas paling tidak dapat menyadarkan setiap
diri bahwa iblis/setan merupakan musuh yang nyata bagi semua
manusia sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 168 yang berbunyi :
وَلَا تَتَّبِعُواْ
خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ ١٦٨
“........ dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah : 168)
2.
Orang yang menjauhkan diri
dari perbuatan dan perkataan tidak berguna
Perbuatan
dan perkataan yang dilakukan hendaklah memberikan manfaat dan kesejukan bagi
orang lain (lemah lembut, ramah), perbuatan dan perkataan yang tidak memberikan manfaat
terhadap diri sendiri maupun orang lain ada baiknya tidak dilakukan/dihindarkan
atau lebih baik diam sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicaralah yang
baik-baik, kalau tidak mampu, maka diamlah.” (HR. Bukhari-Muslim),
sebagaimana juga Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12 ;
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ
إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ
إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(Al-Hujurat : 12)
Surat Al-Isra ayat 36;
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ
لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ
كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا ٣٦
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra
: 36)
Surat Qaf ayat 18 ;
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ
إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(Qaf ; 18)
Berbuat dan berkata seperlunya merupakan jalan tengah
yang mesti dilakukan mengingat
saat ini masih banyak perbuatan dan perkataan yang sudah diluar
nilai-nilai agama maupun kesopanan seperti mengucapkan kata-kata yang
menyinggung perasaan orang lain (caci maki, menghina, mengadu
domba (propokator), ghibah/bergunjing, menipu, dengki, berdusta bahkan sampai kepada fitnah dan
kata-kata yang menebar permusuhan dan masih banyak lagi perbuatan dan perkataan
buruk lainnya). Ada baiknya ketika berbicara
kepada orang lain dipikirkan terlebih dahulu apakah perbuatan dan perkataan
yang akan diucapkan memberi manfaat atau malah akan memberi mudharat
bagi orang lain maupun bagi diri sendiri, sehingga apa yang diperbuat dan dikatakan tidak membawa kepada dosa hingga mengakibatkan
masuk kejurang neraka.
Dari Abu Hurairah Nabi Muhammad saw
bersabda “seseorang terkadang
mengeluarkan perkataan yang tiada diperhatikan, tahu-tahu dirinya terperosok ke
jurang neraka sedalam jarak timur dan barat.” (HR. Bukhari-Muslim). Apabila ada orang lain yang mengatakan perkataan yang tidak berguna seperti
membicarakan kejelekan/aib orang lain, maka ingatkanlah
dengan kesabaran, mengingatkannya agar
menghentikan apa yang di katakan, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Asr ayat 1-3 ;
وَٱلۡعَصۡرِ
١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢
1. Demi masa
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
إِلَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
٣
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
Perbuatan
dan perkataan buruk sesungguhnya tidak akan memberi manfaat apapun terhadap
diri sendiri maupun orang lain, karena justru hal itu akan merusak
amal ibadah yang telah dikerjakan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qasas ayat
:
وَإِذَا
سَمِعُواْ ٱللَّغۡوَ أَعۡرَضُواْ عَنۡهُ وَقَالُواْ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ
أَعۡمَٰلُكُمۡ ....٥٥
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak
bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami
amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, ...... " (Al-Qasas : 55)
Maka dari
itu mulailah dari sendiri dengan menjauhkan diri dari sifat perbuatan dan
perkataan yang tidak berguna agar amal yang telah
dikerjakan dapat membawa diri
kepada kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan akhirat
(surga). Hal
ini sebagaimana dikatakan Nabi
Muhammad saw “Barang siapa oleh Allah
dijaga mulut dan alat fitalnya dari hal-hal yang dilarang oleh agama, pasti
masuk surga.” (HR. Turmudzi).
3.
orang yang menunaikan
zakat
Menunaikan
zakat merupakan ketentuan dan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada umat-Nya, zakat hukumnya
adalah fardlu ain (kewajiban bagi tiap
orang/diri pribadi), zakat itu sendiri terdiri dari 2 (dua) macam ; zakat mal
(zakat harta) dan zakat Fitrah (zakat diri), zakat termasuk dalam rukun islam yang
telah ditentukan syarat dan peruntukannya, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 43 ;
وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ ٤٣
“Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku.”(Al-Baqarah : 43)
At-Taubah
ayat 60 ;
۞إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡعَٰمِلِينَ
عَلَيۡهَا وَٱلۡمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمۡ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَٱلۡغَٰرِمِينَ وَفِي
سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِۖ فَرِيضَةٗ مِّنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٞ ٦٠
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(At-Taubah : 60)
Dengan berzakat, seseorang tidak hanya sekedar
menjalankan perintah Allah SWT, akan tetapi juga membuktikan akan ketaqwaan
seorang hamba kepada penciptanya. Zakat tidak
hanya mensucikan dan membersihkan harta bagi pemiliknya, namun juga dapat
memberikan ketenangan jiwa bagi orang yang menunaikannya. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103 ;
خُذۡ
مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ
عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ١٠٣
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah : 103)
Secara umum Allah SWT telah memerintahkan
kepada umatnya untuk memberikan apa-apa yang telah diperoleh/diusahakan dari jalan kebaikan berupa hasil usaha maupun
hasil bumi yang telah
Allah SWT berikan, dari hasil itulah dianjurkan untuk menafkahkan sebagian
dari hasil usaha yang dikerjakan dengan memberikan
hasil yang terbaik kepada orang lain dan bukan memberikan hasil
yang buruk Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 267;
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبۡتُمۡ وَمِمَّآ
أَخۡرَجۡنَا لَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِۖ وَلَا تَيَمَّمُواْ ٱلۡخَبِيثَ مِنۡهُ
تُنفِقُونَ وَلَسۡتُم بَِٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغۡمِضُواْ فِيهِۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ
أَنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ٢٦٧
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji.” (Al-Baqarah : 267).
Secara khusus ketentuan zakat telah diatur syarat dan ketentuannya, maka
dari itu kewajiban yang telah ditentukan harus dijalankan sesuai dengan
syariat, jika harta yang dimiliki (dalam
penguasaannya/milik sendiri) berdasarkan syariat tidak
terkena wajib zakat, maka agar ketaqwaan kepada Allah SWT terus terjaga maka dapat
memakai ketentuan umum bahwa apa-apa yang kita miliki dari hasil usaha maupun dari
hasil bumi agar diberikan kepada yang membutuhkan dengan jalan
berinfaq/sedeqah. Dari Adi bin Hatim, Nabi Muhammad saw bersabda “peliharalah dirimu dari siksa neraka,
sekalipun hanya dengan sedekah separoh biji kurma.” (HR. Bukhari-Muslim).
4.
orang yang memelihara
kemaluannya
Memelihara
kemaluan dari laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri adalah kewajiban
yang diperintahkan Allah SWT kepada umatnya. Salah satu menjaga
kemaluan adalah dengan menjaga pandangan terhadap hal-hal yang akan
membangkitkan syahwat dari perilaku buruk yang pada akhirnya akan berujung pada
perbuatan zina. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 30 ;
قُل
لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ
ذَٰلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٣٠
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat" (An-Nur : 30)
وَقُل
لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا
يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَاۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ
عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوۡ
ءَابَآئِهِنَّ أَوۡ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآئِهِنَّ أَوۡ
أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ
بَنِيٓ أَخَوَٰتِهِنَّ أَوۡ نِسَآئِهِنَّ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ
غَيۡرِ أُوْلِي ٱلۡإِرۡبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفۡلِ ٱلَّذِينَ لَمۡ
يَظۡهَرُواْ عَلَىٰ عَوۡرَٰتِ ٱلنِّسَآءِۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ
لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّۚ وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا
أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣١
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,
atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (An-Nur
:31)
Dari kedua ayat tersebut telah dijelaskan selain diperintahkan
untuk menjaga pandangan juga diperintahkan menjaga kemaluan, ketika seseorang
tidak pandai menjaga pandangannya maka kemungkinan besar juga tidak akan pandai menjaga kemaluannya sehingga berujung
pada perzinahan. Zina tidak hanya melakukan hubungan seksual/badan akan tetapi
segala perbuatan seksual yang dapat merusak kehormatan seseorang.
Menghindari/menjauhi
perbuatan zina bagi laki-laki maupun perempuan merupakan perintah Allah SWT
yang harus terus diingat dan dilaksanakan, sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surat Al-Isra ayat 32;
وَلَا
تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةٗ وَسَآءَ سَبِيلٗا ٣٢
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
(Al-Isra : 32)
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda :”……….dan ditanya pula tentang perbuatan apa yang pada umumnya manusia dijerumuskan
ke jurang neraka? jawabnya ;”yaitu, tiada kemampuan mengendalikan mulut dan memelihara kemaluan”.(HR. Turmudzi)
Hukuman bagi pezina dalam Al-Qur’an telah sebutkan
dalam suat An-Nur ayat 2 ;
ٱلزَّانِيَةُ
وَٱلزَّانِي فَٱجۡلِدُواْ كُلَّ وَٰحِدٖ مِّنۡهُمَا مِاْئَةَ جَلۡدَةٖۖ وَلَا
تَأۡخُذۡكُم بِهِمَا رَأۡفَةٞ فِي دِينِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ
وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ وَلۡيَشۡهَدۡ عَذَابَهُمَا طَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
٢
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”
(An-Nur :2)
Abu Hurairah ra, menceritakan, seorang pria mendatangi Nabi Muhammad
saw. “Ya Rasulullah, aku berzina,”Nabi saw memalingkan muka dari orang itu.
Lalu pria tersebut pindah ke hadapan beliau mengarahkan muka, dan kembali
mengatakan, “Ya Rasulullah, aku berzina.”Nabi saw kembali memalingkan muka. Hal
itu berlangsung sampai empat kali. Setelah pria tersebut empat kali mengaku
bahwa dia telah berzina, Rasulullah saw bersabda;”Apakah engkau gila?”pria itu
menggeleng, “Tidak”, Nabi saw bertanya, “apakah engkau beristri?” Pria itu
mengangguk,”Ya, aku beristri.”Rasulullah saw bersabda kepada para sahabat, “Bawa orang ini, kemudian rajamlah dia.”
(HR. Muslim).
5.
orang yang memelihara
amanah-amanah dan janjinya
seseorang yang tidak pandai menjaga amanah dan tidak
pandai memenuhi janji
mencirikan bahwa orang tersebut termasuk kedalam golongan orang-orang munafik. Dari Abdullah bin Amr binAsh, Nabi
saw bersabda “bagi orang yang
memiliki 4 (empat) sifat secara penuh, berarti munafik sejati dan bagi orang
yang memiliki hanya setengahnya berarti telah setengah munafik, hingga sanggup
menghilangkan sepenuhnya, 4 (empat) sifat tersebut yaitu ; ketika dipercaya
khianat, setiap berbicara dusta, dan setiap janji diingkari, serta ketika
berdebat curang.” Amanah dan janji merupakan suatu kepercayaan yang
diberikan seseorang kepada orang lain, jika diberikan amanah maka sampaikanlah
jika berjanji penuhilah, amanah
baik bersifat fisik (materi) maupun non fisik (seperti lisan/ucapan) serta
berlaku secara baik terhadap sesama juga merupakan suatu amanah, menetapkan
hukum dengan adil juga amanah, hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
surat An-Nisa ayat 58 ;
۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ
أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا ٥٨
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (An-Nisa : 58)
Menjalankan dan menjaga amanah bagi orang-orang tertentu
akan terasa berat jika tanpa dilandasi oleh keimanan, oleh karena itu sampaikanlah
amanah kepada yang berhak menerima amanah tersebut, bukankah kebaikan yang
telah dilakukan akan dibalas dengan kebaikan,
kejahatan akan dibalas dengan kejahatan pula hal ini sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Zalzalah ayat 7;
فَمَن
يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”
(Al-Zalzalah : 7)
Al-Zalzalah
ayat 8 ;
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ
ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(Al-Zalzalah : 8)
Al-Isra
ayat 7 ;
إِنۡ
أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ ....
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri.....(Al-Isra : 7)
Al-Jasiyah
ayat 15 ;
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا
فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۖ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ
١٥
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu
adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka
itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.”
(Al-Jasiyah : 15)
Ar-Rahman
ayat 60 ;
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ
إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ ٦٠
“Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman :60)
Bagi
yang berbuat baik dengan menunaikan amanah, Allah SWT akan melipat gandakan
pahalanya sebagaimana dalam surat Al-An’am ayat 160 ;
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ
فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا
مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ١٦٠
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan
jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan.” (Al-An’am
:160)
Jika
berjanji maka penuhilah (baik berjanji
kepada Allah, diri sendiri, terhadap sesama manusia), hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 1 ;
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِۚ ١
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. .......” (Al-Maidah : 1)
Al-Isra ayat
34 ;
....ۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسُۡٔولٗا ٣٤
“ ........ dan penuhilah janji;
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra : 34)
وَأَوۡفُواْ
بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ
تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ
يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (An-Nahl
: 91).
6.
orang yang memelihara
sholatnya
Sholat merupakan suatu perbuatan (ibadah) yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Sholat bisa juga bermakna
doa, karena didalamnya penuh dengan perkataan/ucapan doa. Sholat merupakan
rukun Islam kedua setelah mengucap dua kalimat syahadat dan bagi umat Islam
diwajibkan untuk melaksanakannya, perintah untuk melaksanakan sholat begitu
banyak dalam Al-Qur’an, diantaranya Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 56 ;
وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ
تُرۡحَمُونَ ٥٦
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (An-Nur : 56)
Sholat juga merupakan tiang agama, jika sholat dilakukan
dengan benar dan sesuai syarat dan rukunnya
serta dengan mengikuti tata cara sholat Nabi Muhammad saw maka sholat yang kita kerjakan akan
berimplikasi kepada perbuatan/perilaku
yang baik, selain itu jika sholat dilakukan dengan benar akan dapat
memberikan perlindungan terhadap orang-orang yang melaksanakannya, sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam surat
An-Kabut ayat 45 ;
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ
إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ
وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
٤٥
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Ankabut : 45)
Memelihara sholat berarti menjaga agar sholat yang kita
kerjakan dilaksanakan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diajarkan Nabi
Muhammad saw seperti sholat diawal waktu, sholat secara berjamaah (dimasjid, musholla)
dll, serta sholat dilakukan dengan khusyu, melakukan sholat secara khusyu adalah
sholat yang didirikan/dikerjakan tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban diri
atas perintah Allah SWT, akan
tetapi benar-benar meresap didalam jiwa sebagai suatu kebutuhan jiwa/diri bagi
pelakunya.
Melaksanakan apa-apa yang perintahkan dan menjauhi atas apa-apa yang dilarang oleh
Allah SWT sudah jelas
tertulis dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an) maupun sunah
Nabi Muhammad saw, perintah dan larangan yang tertulis dalam Al-Qur’an dan
Hadits Nabi Muhammad saw tentu mempunyai konsekwensi hukum bagi yang
melaksanakan dan melanggarnya.
Demikianlah sedikit catatan tentang orang-orang yang akan mewarisi
surga Firdaus, mudah-mudahan
kita semua termasuk didalamnya. amiin......
mencium baunya aja alhamdulillah
BalasHapusmudah2an jadi ahlinya
BalasHapus